EKOLOGI


1. LATAR BELAKANG KECENDERUNGAN PERHATIAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

Ketika asap tebal menyelimuti kota Los Angeles pada tahun 1950-an banyak penduduk kota tersebut mengalami gangguan kesehatan saluran pernafasan. Banyak pepohonan, tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan buah-buahan menjadi rusak. Begitu pula pada tahun 1955-1956 banyak penduduk di Teluk Minamata Jepang yang mengalami kematian, lahir cacat dan menderita penyakit. Ikan-ikan mengambang di permukaan laut. Burung jatuh dari udara. Ternak lembu, kambing, ayam, anjing, babi dan binatang darat lainnya menjadi gila dan mati. Setelah saat itu perhatian terhadap lingkungan hidup, terutama masalah pencemaran dan ekologi semakin mencuat kepermukaan. Konperensi Lingkungan Hidup di Stockhlom (1972) akhirnya menetapkan tgl. 5 Juni sebagai “Hari Lingkungan Hidup se-dunia”.

2. APAKAH EKOLOGI ITU ?

Ekolog berasal dari kata ‘ecology’ (Inggris). Kata ini terbentuk dari dua kata Yunani : ‘oikos’ berarti : rumah, rumah-tangga, keluarga atau tempat tinggal; dan kata ‘logos’ berarti : ilmu, pengetahuan atau uraian tentang. Jadi ekologi adalah ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup (manusia, binatang, dan tumbuhan) dengan sesamanya dan dengan benda-benda mati di sekitarnya. Alam lingkungan yang terdiri dari lingkungan hidup dan fisik adalah merupakan satu rumah tempat tinggal yang maha besar bagi sekalian makhluk hidup. Sebagai satu rumah tempat tinggal makhluk hidup, alam dan lingkungan memiliki tatanan, keteraturan dan hukum-hukum yang memelihara keseimbangan dan keharmonisannya (ekosistem).

Dan apabila keseimbangan dan keharmonisan tatanan itu terganggu melalui kerusakan atau pencemaran, maka manusia dan makhluk hidup lainnya akan terancam. Untuk mempelajari dan mengetahui keseimbangan dalam hubungan-hubungan itu dibutuhkan suatu ilmu pengetahuan, yang disebut : ekologi.


Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).[1] Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an.[2] Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.[2] Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.
Para ahli ekologi mempelajari hal berikut[2]:
  1. Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
  2. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya.
  3. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
3. APA KATA ALKITAB TENTANG EKOLOGI ?

Menurut Alkitab (Kej.1-2), sejak penciptaan Allah telah menunjukkan kepada manusia bahwa manusia adalah bagian dari alam lingkungan hidupnya. Dia diciptakan dari unsur (komponen) alam : “tanah” (Ibrani : ‘adamah’), sehingga dia disebut manusia (Adam), Kej.2:7. Sebagai bagian dari alam manusia membutuhkan alam bahkan terikat dengan bagian-bagian alam yang lain : binatang, tumbuhan, air, udara, suhu, mineral, besi, logam , dll. Seperti makhluk hidup yang lain, manusia adalah makhluk biologis alamiah. Manusia harus mengikuti hukum-hukum alam. Ia harus makan,minum, bekerja istirahat, melahirkan, berkembang biak dan akhirnya mati.

Karena manusia (Adam) dibentuk dari tanah (adamah), dia harus “mengusahakan tanah” (Kej.3 : 23) dan hidup dari hasil tanah, sebelum dia “kembali lagi menmjadi tanah” (Kej. 3 : 19). Meskipun manusia adalah bagian dari alam (tanah) tetapi dia tidak sama dengan makhluk lainnya, sebab dia diciptakan “menurut gambar dan rupa” Allah (Kej. 1 : 26-27). Sebagai “gambar dan rupa” Allah, manusia tidak saja harus memperhatikan hukum-hukum alam hasil ciptaanNya, tetapi juga harus mengelola ciptaan lainnya. “Gambar dan rupa” Allah yang ada padanya meninggikan dari antara makhluk lainnya. Manusia menerima mandat untuk mengelola ciptaan (Kej. 1 : 28-29). Dia menjadi mahkota ciptaan. Dia mewakili Sang Pencipta dihadapan ciptaan lainnya.


Dihadapan Allah Pencipta dia mewakili ciptaan lainnya. Sebagai “mandataris” Allah manusia bertanggung jawab memeliahara keseimbangan, keharmonisan dan kelestarian antara dirinya dengan penciptanya : dan antara dirinya dengan penciptanya: dan antara dirinya dengan ciptaan lainnya. Hidup persekutuan yang baik dengan Allah, akan menuntut manusia hidup berdampingan secara baik dengan ciptaan lainnya. Perilaku kehidupan manusia di hadapan Allah yang akan menentukan perilakunya terhadap seluruh ciptaan dalam lingkungan hidupnya. Ketika manusia merusak hubungannya dengan Allah Pencipta, ketika itu pula hubungannya dengan sesamanya dan dengan ciptaan lainnya menjadi rusak. (Kej. 3 : 12-24)

Memang Alkitab tidak berbicara tentang ekologi, tetapi meskipun Alkitab banyak berbicara tentang hubungan manusia dengan penciptanya, hubungannya dengan sesamanya dan dengan ciptaan lainnya, yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Ekologi hanya membicarakan adanya hubungan dan keterkaitan komponen alam yang satu dengan yang lain secara ekosistem. Namun ekologi tidak pernah berbicara bagaimana itu dijadikan dan siapa yang menjadikan. Disinilah keunggulan kesaksian Alkitab dibandingkan ekologi dan ilmu pengetahuan yang lainnya.

Jadi untuk menyelamatkan dunia dengan lingkungan hidupnya tidak cukup hanya dengan bantuan ekoilogi dan ilmu pengetahuan lainnya, tetapi harus diterangi oleh “terang” firman Tuhan. Sebab dubia ini bukanlah ciptaan dan milik manusia, tetapi ciptaan dan milik Allah. Hanya dengan pertolonganNya manusia dapat memperbaharui keadaan dunia tempat tinggal sekalian makhluk hidup. Mzr. 104 :30.


4. MEMBANGUN KEHIDUPAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

Hampir semua orang punya cita-cita dan tujuan dalam hidupnya. Untuk mencapai itu kita terkadang memakai sagala cara. Bahkan sampai menghalalkan segala cara demi tujuan. Baru setelah kita ditimpa bencana kita mau menyadari kesalahan dan kekeliruan kita. Bahwa dalam mengusahakan tujuan hidup kita perlu memperhatikan kepentingan Allah dan kepentingn orang lain (Fil. 2:3-4; I Kor.10:24-33).

Dalam rangka turut peduli kepada sesama, kita juga perlu peduli terhadap lingkungan. Banyak hal yang dapat kita lakukan terhadap diri kita dan orang banyak melalui kepedulian kita terhadap lingkungan. Misalnya dengan tidak menimbulkan keributan dan kegaduhan di tengah-tengah keluarga, kita sekaligus memelihara ketentraman dan kedamaian dalam masyarakat dan negara, kita telah ikut menjaga ketertiban dunia ini.

Dengan menjaga dan memelihara lingkungan rumah kita, seperti kebersihan halaman dan pekarangan. Saluran air (got) tetap lancar. Tidak membuang kotoran disembarang tempat. Membuang sampah (limbah rumah tangga) pada tempatnya. Kita telah ikut mencegah masyarakat kita dari penderitaan karena penyakit.

Dalam hal mengeksploitasi sumber-sumber daya alam, kita harus memikirkan dampaknya terhadap kehidupan makhluk hidup dan lingkungan hidup. Dalam menebang pepohonan dalam hutan, kita perlu melakukannya secara tebang pilih. Tidak menebang hutan secara serampangan. Apalagi membakar hutan sampai gundul hanya karena alasan lahan pemukiman dan pertanian. Sebab hutan adalah sumber daya keragaman hayati. Hutan bukan saja sebagai sumber bahan obat-obatan dunia. Selain itu hutan adalah paru-paru dunia. Penyelenggara proses fotosintesis yang menghasilkan Oksigen (O2) dan Karbondioksida (CO2). Juga penyelenggara dan penjaga peredaran iklim atau cuaca dunia, agar tetap teratur. Dengan menanam pohon disekitar pekarangan rumah dan ditempat-tempat lahan kritis, kita telah ikut membangun kehidupan masyarakat dunia.

Dalam kegiatan industri, kita tidak saja memikirkan hasil produksi tetapi juga harus memikirkan limbah yang dihasilkannya. Apalagi limbah tersebut tidak dapat didaur ulang secara alami. Pembangunan pabrik industri harus diikuti pembangunan sarana pengolah limbahnya.

Karena tidak ada kegiatan kita yang tanpa kena mengena dengan sesama atau lingkungan, kita harus selalu berwawasan lingkungan dalam segala kegiatan kita. Oleh sebab itu pembangunan lingkungan hidup yang berkwalitas harus dimulai dari pembangunan manusianya yang berkwalitas. Kwalitas lingkungan hidup banyak ditentukan kwalitas manusia yang mendiaminya.

Dalam rangka pembaharuan kwalitas inilah Kristus datang ke dunia (Yoh 3:16). Oleh karena kuat kuasa Yesus Kristus, sesungguhnya yang baru telah datang (II Petr. 3:13). Dan siapa yang hidup di dalam Kristus, dia adalah ciptaan yang baru (II Kor.5:17). Hanya manusia baru, hasil ciptaan baru Kristus, yang mampu membaharui dunia dan lingkungannya dengan pertolongan Roh Kudus.